Setelah ditunda dua kali karena faktor cuaca, skydiver dari Austria
Felix Baumgartner melakukan lompatan pemecah rekor, 36,6 km di atas
atmosfer menggunakan kapsul yang ditarik oleh balon helium. Kemudian,
hanya dengan pakaian bertekanan udara dan parasut, Baumgartner melompat
keluar dari kapsul dan jatuh ke Bumi, menembus kecepatan suara.
Apa risiko bahaya yang bisa ia alami?
Ternyata
ada beberapa -- meski Baumgartner dan timnya yang disponsori Red Bull
mengatakan telah mempertimbangkan dan mengantisipasi risikonya. Berikut
adalah lima bahaya yang mungkin dapat terjadi pada Baumgartner saat ia
melakukan lompatan pemecah rekornya itu.
1. Putaran Datar
Masalahnya:
Dalam tekanan udara rendah, skydiver di ketinggian berisiko mengalami
sesuatu yang disebut "flat spin." Dalam posisi ini, tubuh akan
berputar-putar secara horizontal, bayangkan saja piringan hitam
berputar. Putaran datar yang tak terkontrol bisa membuat Baumgartner tak
sadar, darahnya naik dengan cepat, termasuk ke kepala. Di sana, darah
bisa menggenang di matanya, menyebabkan kebutaan sementara. Yang lebih
parah lagi, kekuatan putaran dan cepatnya darah naik ke kapala bisa
menyebabkan pendarahan otak yang parah dan penggumpalan, yang bisa
menjadi fatal.
Pencegahan: Jika putaran Baumgartner tak
terkendali, maka parasut khusus dengan bentuk memanjang akan digunakan
untuk menstabilkan kecepatan turun tubuhnya.
2. Darah MendidihMasalahnya:
Di tepian luar angkasa, tempat Baumgartner melompat, tekanan udaranya
kurang dari 1 persen jika dibandingkan dengan di permukaan Bumi. Di atas
19,2 km, tekanan udara yang berkurang bisa menyebabkan gelembung udara
terbentuk di darah, kondisi yang sering disebut dengan 'darah mendidih'.
Gelembung ini bisa menghentikan darah mengalir ke arteri utama sehingga
berpotensi fatal, kemudian dekompresi tiba-tiba dapat mengembangkan
kemudian menghancurkan paru-paru. Perubahan tekanan yang tiba-tiba juga
dapat menyebabkan tubuh membengkak dalam beberapa detik, seperti yang
terjadi pada 1960 saat Kapten Joseph W. Kittinger Jr. melompat dari
ketinggian 31,1 km. Saat sarung tangan Kittinger gagal menyesuaikan
tekanan, tangannya membengkak sampai dua kali ukuran normal saat turun.
Pencegahannya:
Pakaian khusus yang dipakai Baumgartner dan helmnya sengaja dirancang
untuk melindungi seorang skydiver saat turun. Timnya memiliki protokol
darurat medis untuk mengantisipasi jika Baumgartner tiba di Bumi dengan
mengalami krisis.
3. MembekuMasalahnya:
Atmosfer tempat Baumgartner melompat adalah tempat yang sangat dingin.
Tim Red Bull Stratos memperkirakan Baumgartner bahwa Baumgartner akan
melangkah keluar dari kapsulnya dari suhu -23 derajat Celsius. Saat
turun, Baumgartner akan merasakan suhu -56 derajat Celsius atau malah
lebih rendah lagi. Dengan udara sedingin itu, tubuh Baumgartner tak lagi
bisa mempertahankan suhu rata-rata 37 derajat Celsius. Saat suhu tubuh
turun dari 28 derajat Celsius, orang bisa pingsan. Bahkan bisa saja
berdampak pada kematian saat tubuh suhunya lebih rendah dari 21 derajat
Celsius.
Pencegahannya: Pakaian Baumgartner harus bisa melindungi dia dari suhu -68 derajat Celsius.
4. Kejutan gelombangMasalahnya:
Seiring dengan tubuh Baumgartner mendekati kecepatan suara, ia akan
berhadapan dengan kekuatan alam yang serius. Interaksi kejut akan
terjadi saat gelombang sonic di udara bertubrukan, dalam hal ini pada
stratosfer yang dilalui Baumgartner. Kekuatan seperti itu dapat
menghambat Baumgartner dan kemungkinan membahayakan dia dan pakaian
khusus yang ia kenakan. "(Baumgartner) akan bertubrukan dengan gas
dengan cepatnya sampai-sampai tak bisa mengalir keluar karena tak
'mendeteksi' kedatangannya," kata ahli fisika Louis Bloomfield dari
University of Virginia pada Life's Little Mysteries, salah satu situs
LiveScience.
Pencegahannya: Menurut tim Red Bull Stratos, udara
yang sedikit adalah keuntungan buat Baumgartner. Gelombang kejut tak
akan sekuat saat udaranya padat.
5. Jatuh Menubruk BumiMasalahnya: Jatuh ke Bumi tanpa melambat dari ketinggian 30an km adalah ide buruk.
Pencegahannya:
Jika Baumgartner tak sadar saat aksi skydive-nya, parasut daruratnya
akan terbuka secara otomatis. Sayangnya, belum tentu ia akan lepas dari
bahaya, karena mungkin saja ia kehilangan kendali saat pendaratan atau
menyesuaikan kecepatan pada momen-momen terakhir kejatuhannya.
Kembalinya ia ke Bumi bisa menjadi sangat sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar